Bumi Semakin "Gendut" di Bagian Khatulistiwa
Shear Blog - Bumi semakin besar di bagian khatulistiwa. Fakta itu terungkap dari penelitian terhadap data yang dikumpulkan oleh satelit
Gravity Recover and Climate Experiment (GRACE) milik NASA dan German
Space Agency. Disebutkan, bertambahnya penumpukan di khatulistiwa itu
disebabkan oleh mencairnya lapisan es di Greenland dan Antartika.
Menurut Steve Nerem, ilmuwan
asal University of Colorado, Amerika Serikat, hingga 22 ribu tahun
lalu, es hingga beberapa kilometer menyelimuti sebagian besar belahan
utara Bumi. Berhubung tekanan akibat bobot dari es di daratan telah
berkurang karena mencair, tanah di bawahnya telah memantul dan
menyebabkan Bumi menjadi lebih lonjong. “Mirip dengan spons, dan
dibutuhkan waktu yang cukup lama agar Bumi kembali ke bentuk asalnya,”
kata Nerem.
Sebagai informasi, sejak awal,
planet Bumi memang tidak bulat sempurna. Akibat perputaran rotasinya,
air di permukaan Bumi lebih banyak terkumpul di kawasan khatulistiwa
dibandingkan dengan di kutub.
BUMI |
Para ilmuwan sendiri
mengamati terjadinya "penyusutan lemak"di lingkar khatulistiwa. Akan
tetapi, kemudian terjadi perubahan. Di sekitar pertengahan 1990-an,
diketahui bahwa tren telah berbalik dan Bumi kembali tambah gendut di
lingkar pinggangnya, sama seperti bola yang ditekan dari atas dan
bawahnya. Namun mereka tidak memiliki alat untuk memastikan mengapa hal
itu bisa terjadi, hingga baru-baru ini.
Dengan GRACE, peneliti dapat
menguji coba teori yang menyatakan bahwa hilangnya es merupakan faktor
pengubah bentuk planet Bumi. GRACE mengambil gambar dari permukaan Bumi
setiap 30 hari sehingga memungkinkan peneliti memantau perubahan massa
es terhadap perubahan gravitasi. Jadi, jika ada perubahan terhadap
bentuk Bumi, maka akan ada perubahan terhadap distribusi massa.
Akibatnya, medan gravitasi juga berubah.
Peneliti menemukan, mencairnya
gletser di Greenland dan Kutub Selatan merupakan kontributor terbesar
terhadap membengkaknya "lingkar pinggang" Bumi karena banyak air yang
dibawa ke khatulistiwa. Menurut data, dua belahan Bumi kehilangan 382
miliar ton es per tahunnya. Berkurangnya beban yang perlu ditanggung
benua memungkinkan tanah untuk naik dan membuat planet menjadi lebih
bulat, namun proses ini membutuhkan waktu ribuan tahun. Sementara itu,
pertumbuhan ketebalan di khatulistiwa mencapai 0,7 sentimeter per
dekade.
Saat ini, kata Nerem, radius
planet Bumi 21 kilometer lebih besar di khatulistiwa dibandingkan di
kutub. Artinya, titik paling jauh permukaan Bumi dari inti Bumi
bukanlah di puncak gunung Everest, melainkan di puncak gunung berapi di
Ekuador yang lebih dekat ke khatulistiwa.
National Geographic Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar